
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk didirikan untuk menjadi pusat bisnis aset mineral non batu bara dalam aspirasi membangun Adaro yang lebih besar dan lebih hijau. Adaro Minerals Indonesia memiliki beberapa perusahaan anak dengan bisnis pertambangan batu bara metalurgi selain perusahaan anak lainnya yang didirikan untuk menjalankan bisnis mineral dan pengolahan mineral.
Perusahaan anak Adaro Minerals Indonesia di bidang pertambangan batu bara metalurgi memproduksi batu bara kokas keras (HCC) premium, sebagai produsen HCC pertama dan satu-satunya di Indonesia sampai saat ini. HCC adalah bahan penting produksi baja. Produk ini disambut baik konsumen, terutama berkat kandungan abu dan fosfor yang rendah dan vitrinit yang tinggi. Sebagai bagian Grup Adaro, Adaro Minerals Indonesia dan perusahaan-perusahaan anak mendapat dukungan solid dari rantai pasokan yang terintegrasi dari tambang sampai area stockpile dan transhipment. Adaro Minerals Indonesia juga menyediakan jasa konsultasi kepada perusahaan-perusahaan anak dan menawarkan jasa pertambangan dengan menyewakan fasilitas peremukan yang terletak di area tambang Wara PT Adaro Indonesia (AI), di kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Fasilitas ini dioperasikan sejak tahun 2019 untuk meremukkan dan memindahkan batu bara ke stockpile melalui konveyor berkapasitas 800 ton per jam. Peralatan ini disewakan ke AI dengan target produksi satu juta ton per tahun.
Sementara, perusahaan-perusahaan anak Adaro Minerals Indonesia yang menjalankan bisnis pengolahan mineral sedang menyiapkan pembangunan smelter aluminium di kawasan industri hijau terbesar dunia di Kalimantan Utara. Bisnis ini akan menjadi bagian penting hilirisasi Indonesia ke ekonomi hijau.
Batu Bara Metalurgi
Adaro Minerals Indonesia menjalankan aktivitas pertambangan batu bara metalurgi melalui lima perusahaan anak, yang masing-masing memegang PKP2B dengan Pemerintah RI. Secara gabungan, PKP2B ini meliputi area seluas 146.579 ha dengan total cadangan batu bara 165,4 juta ton dan sumber daya batu bara 975,0 juta ton per Desember 2022. Sumber daya dan cadangan yang besar ini memposisikan AMI sebagai salah satu proyek greenfield batu bara metalurgi terbesar di dunia.
Jenis batu bara metalurgi yang dimiliki oleh Perseroan adalah sebagai berikut:
Batu bara HCC merupakan cadangan mayoritas yang dimiliki oleh Perseroan. Batu bara HCC milik Perseroan memiliki kadar abu dan fosfor rendah, kandungan zat terbang (volatile matter) yang sedang hingga tinggi dan kandungan sulfur rendah hingga moderat. Batu bara HCC memiliki nilai pakai (value-in-use) yang tinggi dibandingkan dengan jenis batu bara lainnya.
Semi hard coking coal memiliki nilai RoMax yang berbeda dengan HCC. Jika dilihat dari kekuatan kokas yang dihasilkan, SHCC menghasilkan kekuatan kokas yang lebih rendah dibandingkan dengan HCC sehingga nilai pakainya (value-in-use) cenderung lebih rendah dari HCC.
Green coal merupakan batu bara yang ditemui pada lokasi PKP2B miliki Perseroan dengan nilai Crucible Swelling Number (CSN) yang lebih rendah dibandingkan dengan HCC dan SHCC. Berdasarkan karakteristik dan kualitasnya, Green coal terdiri atas Semi Soft Coking Coal dan Pulverized Coal Injection.
SSCC merupakan batu bara kokas dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan HCC. Batu bara SSCC perseroan memiliki kandungan abu rendah, kandungan zat terbang (volatile matter) dan kandungan sulfur moderat. Batu bara SSCC digunakan juga dalam industri pengolahan baja sebagai pencampur dengan batu bara HCC.
PCI digunakan dalam proses pembuatan besi baja, proses sintering, peleburan (smelting), dan untuk diinjeksikan ke dalam tungku untuk mengurangi penggunaan kokas.
Metallurgical coal |
Kokas |
Adaro Minerals Indonesia memiliki sumber daya dan cadangan batu bara di lima wilayah PKP2B berdasarkan pemutakhiran laporan estimasi sumber daya dan cadangan batu bara yang dilakukan pada bulan Agustus 2021 dengan menggunakan kaidah-kaidah dalam Kode JORC 2012. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai ekonomi berkelanjutan dan kontribusi kepada negara melalui operasinya.
Sumber daya batu bara Perseroan diklasifikasikan dalam Sumber Daya Terukur (Measured), Tertunjuk (Indicated), dan Tereka (Inferred) dalam tabel berikut ini:
Perusahaan/Lokasi |
Total Sumber daya Batubara (juta ton) |
Terukur |
Tertunjuk |
Tereka |
PT Lahai Coal - Haju |
4,3 |
3,8 |
0,4 |
0,1 |
PT Maruwai Coal - Lampunut |
93,0 |
86,7 |
6,2 |
0,1 |
PT Maruwai Coal - Lampunut (green coal) |
7,3 | 6,8 | 0,5 | 0,0 |
PT Juloi Coal - Juloi North West |
629,9 |
- |
269,6 |
360,3 |
PT Juloi Coal - Bumbun |
174,5 |
60,4 |
57,8 |
56,4 |
PT Kalteng Coal - Luon |
50,9 |
24,7 |
19,3 |
6,9 |
PT Sumber Barito Coal |
15,0 |
6,5 |
6,5 |
2,0 |
Total |
975,0 |
188,9 |
360,3 |
425,8 |
Informasi berikut adalah estimasi cadangan batu bara Perseroan yang diklasifikasikan dalam Cadangan Terbukti (Proved) dan Terkira (Probable) ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Perusahaan/Lokasi |
Total Cadangan |
Terbukti |
Terkira |
PT Lahai Coal - Haju |
2,3 |
2,3 |
0,03 |
PT Maruwai Coal - Lampunut |
77,6 |
73,3 |
4,3 |
PT Maruwai Coal - Lampunut (green coal) |
6,7 | 6,3 | 0,4 |
PT Juloi Coal - Bumbun |
55,5 |
- |
55,5 |
PT Kalteng Coal - Luon |
17,7 |
- |
17,7 |
PT Sumber Barito Coal |
5,6 |
- |
5,6 |
Total |
165,4 |
81,9 |
83,5 |
Aluminium
Adaro Minerals Indonesia juga sedang menangkap peluang dari pengembangan ekonomi hijau dan arahan pemerintah ke hilirisasi pengolahan melalui proyek smelter aluminium di kawasan industri di Kalimantan Utara. Smelter ini ditargetkan untuk terbagi menjadi tiga fase yang masing-masing berkapasitas 500.000 ton per tahun, dengan estimasi operasional tahap pertama di tahun 2025.
Perusahaan berencana untuk terus meningkatkan bisnis mineral hijau dan sedang melihat peluang hilir maupun hulu terkait ekosistem baterai.